Beberapa tahun belakangan ini, perilaku meminum kopi di coffee shop pada kalangan anak muda saat ini menjadi sebuah fenomena antropologi yang kentara. Fenomena anak muda meminum kopi di coffee shop sekitar Anda membuat kita berfikir, "Wah, apa ya yang membuat anak muda menghabiskan waktu bersama teman-temannya sembari menyeruput segelas kopi?". Anak muda ngopi sambil melakukan diskusi bertukar fikiran dan bercengkrama dengan teman-temannya sambil saling menyapa. Budaya ngopi tidak hanya melibatkan anak muda laki-laki saja, melainkan budaya ngopi sudah merambah kepada anak muda perempuan. 


               

            Saya sebagai penulis bisa berpendapat bahwa ada tiga jenis perilaku anak muda dalam keterlibatan mereka dalam budaya ngopi:

  1.     Pertama, anak muda yang mengerti jenis minuman kopi hingga jenis-jenis coffee beans yang dikonsumsi, dll. Orientasi anak muda disini dalam mengunjungi coffee shop yaitu ingin mencoba menu-menu khas yang disajikan oleh barista yang bekerja di coffee shop tersebut. Bisa jadi juga metode penyampaian sang barista kepada konsumen menjadi daya tarik si coffee shop tersendiri, sehingga calon konsumen pun tertarik untuk mencoba experience yang disajikan di sana.
  2.      Kedua, anak muda yang mencari vibes yang nyaman untuk berdiskusi dan bertegur sapa bersama teman-temannya. Tata letak lokasi coffee shop adalah salah satu variabel yang menjadi sebuah penentuan anak muda dalam memilih coffee shop yang akan dikunjungi. Untuk mencari vibes yang nyaman dan tidak berisik, biasanya anak muda mencari coffee shop yang bersifat hidden gem. Julukan hidden gem yang disematkan oleh anak muda ini biasanya karena tempat ngopi-nya berada di gang kecil atau jalanan yang sepi, sehingga ketika ngobrol bersama teman pun tidak terganggu oleh polusi suara kendaraan bermotor.
  3.      Ketiga, anak muda yang mencari spot instagramable di dalam coffee shop-nya. Zaman sekarang yang serba online dan elektronik, media exposure dan personal branding adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Anak muda di umurnya yang sekarang sedang mencari jati dirinya masing-masing. Ada anak muda yang membuat personal branding-nya dengan mem-posting foto-foto yang bagus di kafe supaya dinilai oleh orang lain kalau dia suka ngopi. Tak lupa juga dia secara tidak langsung mempromosikan secara gratis coffee shop yang dia kunjungi melalui post-post-nya di Instagram. Coffee shop juga harusnya melihat perilaku ini sebagai peluang bisnis. Mereka harus memutar otak bagaimana cara tercepat untuk menarik perhatian konsumen di kalangan anak muda; salah satunya yaitu memperbanyak spot-spot instagramable.

            Saya berpesan kepada para pembaca. Jika kalian para pembaca tertarik untuk ngopi, maka perhatikan aturan-aturan yang ada pada coffee shop yang akan Anda kunjungi. Jagalah kebersihan di sekitar Anda, buanglah sampah pada tempatnya, dan ketika selesai ngopi, meja dan kursi yang Anda tempati dibereskan kembali agar tercipta kenyamanan bagi konsumen selanjutnya yang ingin menempati. Demikian pesan-pesan dari penulis kepada para pembaca, terima kasih.

         Seiring waktu berjalan, aspek kuliner yang ada di sekitar kita pun terdisrupsi mengikuti perkembangan zaman. Bekembangnya aspek kuliner mengikuti zaman juga tidak terlepas dari aspek menjamurnya pop culture di sekitar kita. Contoh kecil yang saya bisa ambil yaitu ketika banyak anak muda yang menyaksikan film atau seri drama Korea, aktor/aktris yang tampil dalam film/seri tersebut kadang juga mengkonsumsi makanan atau minuman khas Korea Selatan di dalam film/serinya. Akibatnya anak muda yang menonton film/seri drama Korea pun penasaran atas apa yang dikonsumsi oleh sang aktor/aktris. Untuk menjawab rasa penasaran ini, para pelaku usaha kuliner pun melihat fenomena ini sebagai peluang bisnis dalam bidang kuliner. Para pelaku usaha kuliner pun akhirnya membuka restoran atau street food yang produk makanannya berasal dari Korea Selatan.


            Picture Source: https://whatsnewindonesia.com/bandung/best-coffee-spots-in-bandung/


                    Produk minuman kopi pun mengikuti perkembangan pop culture yang ada di Indonesia yaitu ketika film Filosofi Kopi yang dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Rio Dewanto tayang di bioskop-bioskop di Indonesia. Hal yang berhasil saya amati yaitu jumlah coffee shop di Indonesia sangat membludak sekali. Kasarnya setiap jalan yang saya lewati pasti saja ada satu atau dua coffee shop di pinggir jalan, tak terkecuali dengan Kota Bandung.  


    Kopi merupakan suatu produk kuliner berupa minuman yang sudah memiliki budaya tersendiri dalam kalangan anak muda di Kota Bandung. Budaya yang dimaksud adalah budaya saling bersosialisasi antar anak muda sambil menikmati secangkir kopi, lebih dikenal dengan istilah nongkrong. Saya juga turut memperhatikan perilaku anak-anak muda kekinian dalam meminum kopi. Jenis kopi yang biasa dikonsumsi anak muda sekarang yaitu kopi susu, khususnya kopi susu gula aren. 
   

     Kopi susu sendiri merupakan jenis minuman kopi yang memadukan susu segar (fresh milk) dengan kopi itu sendiri; entah itu espresso atau cold brew coffee. Jenis kopi susu yang umum ditemukan di banyak kafe adalah kopi susu gula aren. Penulis tentu menyukai produk kopi susu favorit tersendiri, di mana penulis hampir selalu mengkonsumsi kopi susu dari coffee shop tersebut. Kopi susu favorit saya jatuh kepada kopi susu milik Bawa Coffee yang beralamatkan di Jalan Anggrek No. 43.



                  Picture Source: https://pergikuliner.com/restaurants/bandung/coffee-bawa-riau-2

    Kopi susu Bawa Coffee memiliki ciri khas tersendiri dalam karakteristiknya. Kopi susu Bawa Coffee memiliki body yang cukup tebal, creamy, dan rasa kopinya sangat terasa sekali. Karakteristik yang disebutkan tadi sangat cocok dalam preferensi saya untuk mengkonsumsi kopi susu. Harga segelas kopi susu Bawa Coffee menurut saya pun cukup terjangkau, harganya hanya Rp.- 21.000,00 saja. Bawa Coffee juga menyediakan opsi untuk mengganti susu fresh milk-nya dengan oatmilk  hanya dengan menambah sebesar Rp.- 4.000,00 saja. Very worth to try.